Ada beberapa pengalaman-pengalaman menarik yang dibagikan oleh Emily Sohntidak yang begitu yakin bahwa tidak ada keberhasilan besar tanpa melalui kegagalan. Kegagalan demi kegagalan ia lalui sebelum akhirnya dia tahu bagaimana strategi terbaik untuk mendapatkan grant.
Terlepas dari pertanyaaan – apakah proposal kita diterima atau tidak, saat mendapatkan feedback dari reviewer, disitulah awal dari proses pembelajaran untuk kemajuan kita, karena dapat belajar dari letak kekurangan proposal kita sebelumnya.
Seperti contohnya, kisah Peter Nagele, seorang periset yang memulai karirnya pada tahun 2007. Pada awalnya dia mencoba untuk mengajukan proposal Grant yang kemudian ditolak. Letak kesalahannya pada subjek penelitian dimana dia berencana melibatkan 10.000 pasien yang dirasa kurang proporsional oleh lembaga riset. Selain itu Penelitian yang dilakukannya bukanlah sebuah topik yang menjadi prioritas sehingga aplikasinya ditolak.
Berpijak dari kegagalan membuatnya lebih bijak. Dia mulai belajar untuk mencari tahu apa tips dan trik yang bisa dilakukan untuk berhasil melalui berdiskusi rekan kerja terkait proposal-proposal grants. Bagi seorang introvert yang lebih nyaman bekerja sendiri daripada terlibat dalam kelompok, ini merupakan sebuah tantangan tersendiri, tetapi ini sangat mengasah komunikasi untuk kemajuan karir. Dari situlah Peter Nagele berhasil memenangkan Grant sekitar 500.000 dolar per tahun.
Pernah mendengar The European Commission’s Horizon 2020 programme? Ini adalah salah satu lembaga riset terbesar di Uni Eropa dengan nilai sekitar 80 miliar Euro dan tingkat keberhasilannya dalam mengajukan proposalmencapai 14% Tingkat keberhasilan tiap 100 orang pelamar. Bayangkan persaingannya begitu begitu kuat. Jadi jika kita kurang pengalaman ini menjadi sebuah hal yang lumayan menantang.
Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh para peneliti untuk berhasil dalam aplikasi grant
1. bekerja sama dengan rekan yang sudah senior
2. memanfaatkan program-program baru yang memang ditujukan untuk peneliti pemula
3. mengajukan pendanaan riset yang tepat
4. Jangan terpaku pada judul besar halaman website grant. Luangkan waktu untuk membaca secara detail mengenai deksripsi dan instruksi yang diberikan. Bersikap terburu-buru tanpa evaluasi diri apakah penelitian itu cocok dengan lembaga riset hanya membuat perjuangan menjadi sia-sia sebab belum tentu itu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh lembaga tersebut
5. memaksimalkan fasilitas perpustakaan kampus
Beberapa kampus di luar negeri pun juga sudah begitu memaksimalkan perpustakaan kampus untuk membantu para mahasiswa dan akademisi mencari resources untuk ide riset.
6. tidak salahnya untuk bertanya lebih detail tentang hibah yang tersedia kepada officer yang bekerja di lembaga riset melalui email atau telepon yang tersedia
7. memposisikan diri kita sebagai seorang reviewer
Kita berusaha memposisikan diri bagaimana rasanya menjadi seorang reviewer. At least dengan seperti itu kita belajar untuk mengoreksi bahasa kita sendiri sebelum proposal diserahkan ke lembaga grant proposal tersebut. Sangat berat sekali kerja seorang reviewer, mereka harus membaca dari sekian banyak proposal yang ada. Jadi jika mereka harus membaca proposal yang sulit dimengerti dan tidak sesuai format yang diberikan, akhirnya malas membaca dan no second thoughts of throwing it away!
5. Salah satu hal yang penting adalah formatting. Mengapa hal tersebut penting?
Pernahkah mendengar cerita tentang penolakan proposal penelitian gara-gara salah memilih font. Begitulah yang dibahas oleh Daniel Cressey dalam artikelnya di nature.com. Yang diminta adalah font Arial, tapi ditulis dengan Font Calibri. Akhirnya itu menjadi batu sandungan untuk proposal mereka. jadi pastikan tidak ada kesalahan formatting, tidak ada spelling errors, tidak ada kesalahan Grammar dan tidak melampaui batas kata (word limit) yang telah ditentukan
6. membuka website OPEN GRANTS – https://www.ogrants.org sangatlah memperkaya pengalaman kita. Lebih dari 200 grant proposal yang pernah diajukan telah dibagikan di website tersebut. Ini menjadi platform pembelajaran bagi kita. silakan kunjungi Open grants jika anda tertarik.
Memang tidak bisa dipungkiri, berprofesi sebagai seorang peneliti menuntut kita untuk memiliki kemampuan dalam bidang penulisan, apalagi penulisan proposal dana hibah. ini bukanlah suatu hal yang aneh – jika setinggi dan selama apapun profesi seseorang di bidang penelitian, tak akan lepas dari penolakan. Jadi kegagalan bukanlah satu hal yang ditakuti. Sehingga sangat tepat sekali Jika anda meluangkan waktu untuk mempelajari top secret tersebut dari kehidupan dan pengalaman orang lain yang sudah berkali-kali mengajukan dana hibah dan berkenan membagi pengalaman mereka. Sukses selalu!
Sources:
https://www.nature.com/articles/d41586-019-03914-5
https://www.nature.com/news/the-best-kept-secrets-to-winning-grants-1.22038
https://www.nature.com/news/grant-application-rejected-over-choice-of-font-1.18686